Selasa, 12 Oktober 2010

Jalan Menuju Masjid

    Bila tulang lupa jam pulang
    Bagi kembara dikepung kecemasan
    Bacalah jalan pendahulu
    yang lurus bercahaya
    tak nampak sebelum kau berwudlu
    dari kecintaan dunia

Terasa dekat dalam kejauhan
Seperti jauh dalam dekapan

            Jangan salah alamat
            Setiap belokan ditumbuhi rumah berhala
            Bersemayam nikmat semu dan fana

Jalannya terjal mencekam jiwa
para perindu tenang menghampirinya
Tak letih nerjarak cinta
Selalu memanggil meski kau menjauhinya




                                             Yang BERDIAM dalam PUISI
Sejarah menghendaki aku
jadi bendera mengusung
kemerdekaan kepuncak mengganti tuhan lama dengan tuhan baru
tapi aku memilih jadi puisi
hingga sejarah tak memerlukan
pedang buat melukis jejaknya

                 Seperti mata salju
                 menghujam setiap hati
                 membisikkan amanah dari Tuhanku :
                 " telah datang Al-Amin dari tanah Haram
                   yang jejaknya membelah waktu abadi
                    harumnya memenuhi penjuru "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar