Bila tulang lupa jam pulang
Bagi kembara dikepung kecemasan
Bacalah jalan pendahulu
yang lurus bercahaya
tak nampak sebelum kau berwudlu
dari kecintaan dunia
Terasa dekat dalam kejauhan
Seperti jauh dalam dekapan
Jangan salah alamat
Setiap belokan ditumbuhi rumah berhala
Bersemayam nikmat semu dan fana
Jalannya terjal mencekam jiwa
para perindu tenang menghampirinya
Tak letih nerjarak cinta
Selalu memanggil meski kau menjauhinya
Yang BERDIAM dalam PUISI
Sejarah menghendaki aku
jadi bendera mengusung
kemerdekaan kepuncak mengganti tuhan lama dengan tuhan baru
tapi aku memilih jadi puisi
hingga sejarah tak memerlukan
pedang buat melukis jejaknya
Seperti mata salju
menghujam setiap hati
membisikkan amanah dari Tuhanku :
" telah datang Al-Amin dari tanah Haram
yang jejaknya membelah waktu abadi
harumnya memenuhi penjuru "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar